Tugas Sastrawan ~ Dunia sastra adalah dunia yang berkiprah pada hal kepenulisan, membaca, dan mengungkapkan pikiran melalui tulisan tulisan indah. Di Jaman penjajahan sastra digunakan sebagai alat politik untuk menyampaikan suatu gagasan di media massa.
Peradaban yang semakin maju juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan sastra. Tidak hanya sastra indonesia tetapi juga sastra sastra dari negara lain.
Sebuah karya sastra tidak akan berkembang tanpa adanya sastrawan, orang yang berjasa menjaga keabsahan karya sastra. Terus berproses untuk menulis agar menghasilkan karya-karya terbaik untuk bangsa. Lantas siapakah sastrawan itu?
Pengertian Sastrawan
Pada zaman dulu, sebelum era reformasi seorang sastrawan dikenal dengan sebutan pujangga, dimana pujangga ini adalah orang yang mampu memberi fatwa atau petuah yang digunakan sebagai petunjuk kebenaran.
Hal ini berdasarkan pada sebuah buku yang berjudul “Serat Wirid Hidayat Jati” karya dari Ronggowarsito yang mampu memberikan hidayah atau petunjuk kepada pembacanya.
Pada saat ini, pengertian sastrawan adalah orang yang memiliki keahlian di bidang sastra, penulis sastra, intelektual bahasa , cendekiawan dan pujangga.
Karya sastrawan tidak hanya berfokus menulis kata-kata indah saja, tetapi sudah berkembang menjadi karya fiksi maupun non fiksi yang memberikan wawasan kepada pembacanya.
Dengan berkembangnya zaman, kemudian muncul istilah “poejangga baroe”. Yang kemudian berganti nama menjadi penulis.
Nah, di Era Penulis ini munculah sastrawan yang karyanya abadi sampai sekarang, siapa yang tidak tahu Chairil Anwar dengan puisi fenomenalnya yang berjudul “AKU”.
Di Era Penulis, sastrawan tidak hanya menghasilkan puisi, tetapi juga novel, naskah drama, skenario film yang terinspirasi dari kehidupan pribadi maupun orang lain.
6 Tugas Seorang Sastrawan di Era Digital
Saat ini karya sastra tidak hanya diterbitkan lewat buku-buku, koran maupun majalah, tetapi sudah berkembang di ranah digital seperti web novel, wattpad, webtoon, novel online dan lainnya.
Seperti apakah tugas dan tanggung jawab seorang sastrawan agar tidak tergerus zaman?
Di bawah ini merupakan 6 tugas seorang sastrawan.
1. Seni atau kemampuan mengolah kata
Seorang sastrawan dituntut agar memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kemampuan mengolah kata. Kata yang diolah dengan benar akan mudah tersampaikan kepada pembaca.
Kata yang rancu dan memiliki beberapa makna yang berbeda dapat menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. Tulisan yang seharusnya menjadi edukasi bagi masyarakat dapat menjadi bumerang bagi penulis.
Saat ini masyarakat sudah semakin teliti, kesalahan kepenulisan akan mengakibatkan dampak yang sangat fatal bagi penulis dan pembaca.
2. Memberi Informasi yang sebenarnya secara transparan
Penyampaian informasi ini sangat menguji kejujuran seorang sastrawan, apalagi jika sastrawan tersebut memiliki fokus pada kepenulisan non fiksi.
Sumber yang digunakan harus terpercaya dan akurat, jangan sampai informasi yang kita sampaikan adalah berita bohong sehingga menimbulkan perbedaan persepsi dengan sastrawan atau penulis lain.
Bagi penulis non fiksi, kejujuran adalah harga mutlak yang harus dimiliki.
3. Memahami karakter diri sendiri dan lingkungan sekitar
Sebagai seorang sastrawan, sebelum memutuskan tema tulisan yang akan ditulis sebaiknya sudah mengenal dan memahami karakter diri sendiri. Hal ini akan mempermudah karir sastrawan kedepannya.
Jika dirasa kesulitan mendapatkan sumber yang akurat dan terpercaya, sebaiknya menulis dengan tema karya fiksi karena ini cenderung mengarang dan berimajinasi.
Kemudian, seorang sastrawan juga harus mengetahui kondisi masyarakat sebelum memutuskan tema tulisan. Sekiranya apa yang dibutuhkan masyarakat itulah harus ditulis.
Jangan sampai tulisan yang sudah tertulis rapi tidak ada pembacanya sama sekali karena masyarakat tidak membutuhkan tulisan kita.
4. Menyampaikan pesan moral
Sebagai seorang sastrawan, selain menuangkan isi pikiran, tulisan kita harus memiliki nilai moral. Hal ini sama juga dengan sedekah ilmu. Kembali ke fungsi awal karya sastra, yaitu sebagai penasehat atau memberikan petunjuk kebaikan.
sangat disayangkan jika tulisan yang sudah ditulis justru menjadi provokasi keburukan di masyarakat, ini akan merusak makna sastra itu sendiri.
5. Mahir Mengolah kata dan bahasa yang menarik
Sastrawan yang berfokus pada buku buku islami teruntuk remaja yang beranjak dewasa harus memiliki skill dewa, mengatur bahasa yang menarik dan tidak membosankan.
Karena saat ini sangat jarang remaja yang gemar membaca, mereka lebih asyik dengan dunia content creator, dan ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi sastrawan agar generasi bangsa juga kembali pada buku.
6. Mengumpulkan bahan- bahan yang akan dijadikan rujukan
Seperti pembahasan diawal bahwa dunia sastra tidak hanya fokus pada dunia menulis, tetapi juga membaca.
Semakin banyak buku yang dibaca makan akan semakin banyak pula ide yang bermunculan, ini juga akan menambah kosa kata bahasa sastrawan.
Selain membaca, rujukan juga bisa diperoleh dari kejadian – kejadian yang ada di masyarakat dan juga fenomena alam lainnya. Intinya menjadi sastrawan tidak boleh mager alias males gerak.